MAGELANG, KOMPAS.com — Ratusan biksu dan biksuni
dari beberapa sangha Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi)
menyemayamkan air suci dan api abadi di Candi Mendut di Kabupaten
Magelang, Jawa Tengah, Jumat (24/5/2013).
Penyemayaman tersebut
merupakan salah satu rangkaian perayaan Tri Suci Waisak 2557 BE/ tahun
2013, sebelum nantinya dibawa ke Candi Borobudur untuk diikutsertakan
dalam detik-detik Waisak, Sabtu (25/5/2013).
Air suci itu diambil
oleh para biksu dan umat Buddha dari sumber air Umbul Jumprit yang ada
di Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Jumat pagi.
Pengambilan air berkah tersebut bersamaan dengan pengambilan api abadi
di Mrapen, Kabupaten Purwodadi, Jawa Tengah.
Rombongan biksu dan
umat Buddha tiba di pelataran Candi Mendut dari Umbul Jumprit sekitar
pukul 16.00 WIB. Mereka disambut oleh ratusan umat Buddha dan warga
sekitar yang telah menunggu sejak siang.
Ketua Umum DPP Walubi
Arief Harsono dan Direktur Jenderal Bimbingan Agama Buddha Kementerian
Agama Joko Wuryanto diberi penghormatan membawa air berkah dan api abadi
menuju altar Candi Mendut. Api abadi kemudian disulut ke puluhan
lilin, begitu juga dengan air berkah dituangkan ke dalam kendi-kendi di
altar sebelah barat Candi Mendut.
Setelah itu, para biksu dan umat
Buddha yang berasal dari Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana
Tanah Suci, dan Sanghaya Tantrayana serta perwakilan majelis di dalam
agama Buddha seperti Majelis Pasogatan, Mapan Bumi, dan Madha Tantri,
serta Konghuchu juga bergantian melakukan puja bakti dengan pembacaan
parita.
Biksu Dwi Wirya Mahayana, Sekjend Mahayan Tanah Suci,
menuturkan, air merupakan simbol sifat rendah hati. Menurutnya, Buddha
senantiasa mengajarkan umat untuk tidak sombong sehingga umat bisa
menjalani hari-hari dengan baik.
"Sedangkan api melambangkan hati
yang terang. Ketika manusia dalam kesusahan itu karena hati manusia
gelap, tidak tahu mana yang baik dan buruk," ungkapnya.
Tidak
seperti tahun-tahun sebelumnya, prosesi penyemayaman air suci dan api
abadi dilakukan pada hari yang berbeda. Namun, untuk tahun ini
dilakukan bersamaan. Menurut Biksu Dwi Wirya, hal itu bertujuan agar
prosesi berbarengan dalam institusi yang sama.
"Supaya berbarengan dalam institusi yang sama tidak ada makna apa-apa," katanya.
Setelah
disemayamkan semalam, selanjutnya pada Sabtu siang pukul 13.30 WIB,
ribuan umat Buddha dari seluruh Indonesia akan mengikuti prosesi kirab
Waisak 2557 BE/ tahun 2013. Umat Buddha akan menempuh jarak sekitar 3,5
km mulai Candi Mendut melewati kawasan Candi Pawon hingga zona 1 Candi
Borobudur.
Puncak peringatan Waisak di Candi Borobudur akan
ditutup dengan pelepasan seribu lampion pada Sabtu malam. Direktur
Jenderal Bimbingan Agama Buddha Kementerian Agama Joko Wuryanto
mengatakan, Perayaan Tri Suci Waisak kali ini memberikan makna untuk
mempertebal keyakinan sehingga umat Buddha semakin khusyuk mengabdi
menjalankan ajaran Sang Buddha. "Diharapkan umat Buddha bisa berguna
bagi negara, bangsa, dan agama," tandasnya.
0 comments:
Post a Comment